LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI
PT MADU BARU ( PG/PS MADUKISMO )
DISUSUN OLEH :
FATWA SABILLA SOFYANY
15/8902
2TPHP2
PEMERINTAH
KABUPATEN TEMANGGUNG
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
JL. KADAR MARON KOTAK POS 104 TEMANGGUNG 56221
Telp/Fax : (0293) 4901 639
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pengolahan Hasil Perkebunan dan
Mesin Pengolahan Hasil Pertanian tahun pelajaran 2015/2016.Kunjungan
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 15 Oktober 2015 di PT.Madu Baru, Bantul, Yogyakarta.
Mengetahui,
Waka
Humas/Hubungan Industri
Fatoni, SE
NIP.
196302121987031016
Mengetahui,
Guru
pembimbing
Mata Pelajaran
Mesin Pengolahan Hasil Pertanian
Drs. Suharjana, M.Pd
NIP. 196309121988031010
Mata Pelajaran
Produksi Hasil Perkebunan
Afni Fitriyana
NIP.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga laporan kunjungan
industri ke Yogyakarta dapat kami susun. Kami menyusun laporan ini sebagai
tugas laporan kunjungan industri di Bantul, Yogyakarta yaitu “PT. MADU BARU”
Dalam kunjungan ini kami banyak
memperoleh informasi tantang semua proses produksi cara pembuatan gula dan
spirtus di PT MADU BARU tersebut.
Laporan ini kami buat sedemikian rupa
agar dapat dimengerti oleh para pembaca khususnya untuk semua siswa kelas I,
II, III, IV dan buat guru yang ingin menambah wawasan
tetang pembuatan gula dan spirtus yang tentunya sudah kami cantumkan
dalam penyusunan laporan ini.
Akhirnya kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan
laporan kunjungan ini dan terimakasih pula kepada para guru yang telah
memonitori kami dalam menyusun laporan ini.
Dan mohon maaf bila dalam penulisan
terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Temanggung, 15
Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan industri dilaksanakan untuk menambah
pengalaman dan pengetahuan siswa tentang dunia kerja. Sehingga siswa dituntut
aktif untk menggali informasi tentang kunjungan industri untuk mendapatkan
pengetahuan dan informasi baru tentang produk yang dihasilkan dari setiap
tempat usaha yang dikunjungi. Kunjungan industri dilakukan untuk memberikan
gambaran tentang tempat industri dan proses produksi kepada siswa. Sehingga
siswa dapat membandingkan proses produksi di dunia kerja dengan ilmu yang
diperoleh di sekolah. Kemudin siswa diwajibkan untuk membuat laporan atas
informasi yang telah didapatkan saat kunjungan industri yang berkaitan dengan
perusahaan yang bersangkutan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN KUNJUNGAN INDUSTRI
Maksud
dan tujuan kunjungan industri yang dibahas pada laporan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan gula di Pabrik Gula Madukismo dan mengetahui alat-alat apa saja yang di gunakan didalamnya
2. Untuk mengetahui produk yang di hasilkan dari
limbah pembuatan gula di Pabrik Gula
Madukismo
BAB II PELAKSANAAN
Kunjungan
industri ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 15 Oktober 2015
Pukul : 08.00 WIB – selesai
Tempat :
PT Madu Baru (PG/PS Madukismo) Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewwa Yogyakarta
BAB III MATERI
1. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum kita membahas mengenai penggunaan mesin-mesin
pembuat gula, ada baiknya bila kita mengulas sedikit mengenai bahan dasar
pembuatan gula yaitu tebu. Nama tebu hanya terkenal di Indonesia. dilingkungan
internasional tanaman ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum
officinarum L. Jenis ini termasuk dalam famili Gramineae atau
kelompok rumput-rumputan. Secara morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu batang, daun, akar, dan bunga
(Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta : Padokan ). Varietas tebu
yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang termasuk kedalam
kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling. Yang dimaskud
tebu layak giling adalah :
- Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.
- Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%
Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam.
Berdasarkan ciri-ciri tebu diatas maka pada umumnya pabrik gula di Indonesia
memakai tebu Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari Brazil.
(Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan )
·
Jenis Mesin Manual yang Digunakan dalam Pembuatan Gula
Mesin-mesin
manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain adalah :
1. Mesin
elektrolisa yang terdiri dari
Mesin pengerja
pendahulu (Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife.
Alat gilingan
terdiri dari 5 buah gilingan dan 3 rol penggiling
2. Mesin
pemurnian nira yang terdiri dari :
Tabung
Defekator
Alat Pengendap
Rotary Vacuum
Filter
3. Mesin penguap yang terdiri dari :
Beberapa
evaporator
Kondespot
Michaelispot
Pompa vakum
4. Mesin
kristalisasi terdiri dari :
Pan vakum
Palung
pendingin (kultrog)
3. Mesin
putaran gula (centrifugal)
Broadbent
Batch
Sangerhausen
Wester Stated
CCS
BMA 850 K
4. Mesin
pengering
5. Mesin
pembangkit tenaga uap/listrik
Jenis Mesin
Modern yang Digunakan dalam Pembuatan Gula
- Boiler
- Diffuser
- Clarifier
- Vakum Putar
- Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator)
- Sentrifugasi
- Resin
- Recover
Pabrik merupakan suatu
tempat yang menghasilkan banyak produk yang dibutuhkan masyarakat, apalagi pada
era globalisasi saat ini sangat berketergantungan terhadap hasil industri. Tapi
kebanyakan dari mereka banyak yang tidak menyadari bahwa produk yang dihasilkan
oleh pabrik juga menghasilkan banyak limbah. Limbah-limbah ini membutuhkan
penanganan khusus agar dapat ramah lingkungan dan tidak menjadi sampah dalam
lingkungan. Pabrik Gula Madukismo telah memberikan terobosan baru dengan
menjadikan limbah-limbah yang dihsilkan dari produk yang telah mereka buat
menjadi energi alternatif seperti pembangkit listrik atau pembuatan ethanol dan
spiritus.
PT. Madubaru yang berlokasi didaerah kabupaten Bantul
Provinsi DIY mempunyai usaha pokok pabrik gula dan pabrik alkohol spritus
madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih
memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan agro
industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif
mengahadapi persaingan bebas di era globalisasi dengan petani sebagai mitra
sejati.
Dengan menggunakan strategi bisnis
overall cost leadership pada usaha pokok dan strategi bisnis differensiasi pada
diversifikasi usaha maka PT. Madubaru siap menghadapi persaingan di era
globalisasi. PT. Madubaru dengan kepemilikan saham 65% sri sultan
hamengkubuwono IX (keraton ngayogyakarta hadiningrat ) dan 35% pt rajawali
nusantara indonesia (pt rni),serta pelaksanaan konsep good corporate governance
(gcg) secara konsisten akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat
petani tebu dan insvestor yang menanamkan modalnya.
SEJARAH PABRIK GULA MADUKISMO YOGYAKARTA
Dibangun pada tahun 1955 Atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan diresmikan pada tanggal 29 Mei
1958 oleh Presiden Ir. Soekarno. Pabrik Gula Madukismo memulai
produksi pabrik
gula tahun 1958. Pabrik Gula Madukismo adalah
satu-satunya pabrik gula dan pabrik alkohol atau spritus di Provinsi DIY.
Pabrik spritus 1959 yang mempunyai kontraktor
utama yaitu Machine
Fabriek Sangerhausen, Jerman Timur dimana Status perusahaan ini adalah perseroan terbatas dan didirikan 14 juni 1955.
Diberi nama Pabrik-Pabrik Gula Madubaru PT. (P2G. Madubaru
PT), Memiliki 2 pabrik yaitu Pabrik
Gula (PG) Madukismo, Pabrik Alkohol atau Pabrik Spiritus (PS) Madukismo yang menjadi satu dalam cabang pabrik tersebut.
Pabrik Gula Madukismo memiliki saham awal berdiri 75% dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX, dan 25% milik pemerintah RI. Namun saat ini dirubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono X, 35% milik pemerintah RI.
Pada tahun 1955-1962 masih menjadi perusahaan swasta
Perseroan tersbatas, kemudian 1962-1966 bergabung dengan perusahaan negara
dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara), karena adanya polisi
pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan di Indonesia.
Tahun 1966 BPU-PPN bubar PT. Madubaru memilih perusahaan
swasta yang kemudian PT.
Madubaru menjadi perusahaan swasta dengan susunan direksi yang dipimpin Sri
Sultan Hamengkubuwono IX sebagai presiden direktur pada tahun 1984.
Pada 4 maret 1984-24 Februari 2004 : diadakan kontrak management dengan PT.
Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang kemudian satu bulan selanjutnya PT
Madubaru menjadi perusahaan mandiri
VISI DAN MISI PERUSAHAAN
PG Madukismo adalah salah satu pabrik gula dan
pabrik alkohol atau spirtus di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas
untuk mengsukseskan program
pengadaan pangan Nasional, khususnya gula pasir. Sebagai Perusahaan padat karya
banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Visi :
PT Madu Baru menjadi
perusahaan agro industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra
sejati
Misi :
v Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk
memenuhi permintaan masyarakat
dan industri di Indonesia
v Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju
yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif memberikan
pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan
petani
v Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung
bisnis inti
v Menempatkan karyawan dan stackholder lainnya sebagai
bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan produksi dan pencapaian
shareholder value
STRUKTUR
ORGANISASI PT. MADU BARU
Susunan pegurus saat ini sebagai berikut :
1.
Komisaris Utama
-
GKR Pembayun
2.
Komisaris
- Drs.
H. Sumargono Kusumohadiningrat
-
Ir. H. Bambang Sumardiko
3.
Direktur
-
Ir. Rachmad Edi Cahyono, M.SI
KEMAJUAN-KEMAJUAN PG. MADUKISMO YOGYAKARTA
Desain awal
1.500 ton tebu perhari (tt)
Tahun 1976
ditingkatkan lagi menjadi 2500 tth
Tahun 1992 ditingkatkan
lagi menjadi 3000 tth
Tahun 2000 –
sekarang berhasil mencapai hingga 3500 tth
PS MADU KISMO
Tahun 1976 awal
15.000 liter alcohol per hari
Tahun 2002
ditingkatkan menjadi 25000 liter per hari
Berikut
merupakan proses pengolahan gula di PG Madukismo :
Proses
pembuatan gula dapat dilakukan dalam beberapa tahapan yang terbagi atas
stasiun-stasiun. Stasiunnya antara lain :
1.
Stasiun Penerimaan tebu
2.
Stasiun Gilingan
3.
Stasiun Pemurnian
4.
Stasiun Penguapan / Evaporasi
5.
Stasiun Masakan / Kristalisasi
6.
Stasiun Puteran
7.
Stasiun Penyelesaian
1)
Stasiun Penerimaan Tebu
Pada
stasiun penerimaan tebu ini melalui beberapa tahapan-tahapan, seperti yang
dijelaskan pada gambar dibawah ini :
1. Overhead crane / Cane crane
Alat ini digunakan untuk mengangkut tebu dari lori
atau truck dan meletakkannya di meja tebu. Overhead crane dijalankan oleh
operator untuk diletakkan di meja tebu.
2. Cane Table atau Meja Tebu
Alat
ini digunakan sebagai penampung umpan tebu serta mengatur banyaknya jumlah tebu
yang akan digiling secara kontinu karena alat ini dilengkapi dengan laveler
berupa rol bergerigi yang akan mengatur permukaan atau ketebalan tebu agar
dapat jatuh dengan tepat dalam cane carrier. Meja tebu memiliki panjang
berkisar antara 2 – 3 meter.
3. Cane carrier
Alat
ini berfungsi untuk membawa tebu yang telah diatur dalam meja tebu ke dalam
cane cutter.
4. Cane cutter
Alat
ini berfungsi untuk memotong dan menyayat tebu agar menjadi potongan tebu kasar
agar lebih memudahkan saat dicacah dalam unigrator.
5. Unigrator
Alat
ini berfungsi untuk memukul dan mencacah potongan tebu kasar agar menjadi
serpihan halus sehingga memmudahkan dan mempercepat ekstraksi pada saat
penggilingan.
Untuk
pemenuhan kualitas gula yang baik, bahan baku tebu yang diterima harus memenuhi
pola MBS yaitu Manis, Bersih dan Segar. Proses penilaian bahan baku pola MBS
ini dilakukan oleh petugas lapangan pabrik gula (PLPG) setiap kali tebu akan
dikirim ke pabrik sehingga tebu yang masuk dapat terjamin kualitasnya. Sistem pemasukan tebu menuju stasiun penggilingan menggunakan prinsip
FIFO (first in first out) dimana tebu yang pertama kali masuk
dalam stasiun penerimaan adalah tebu yang pertama kali akan digiling, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan rendemen dalam tebu. Penurunan
rendemen terjadi karena tebu mengalami proses respirasi terus menerus yang
dapat mengakibatkan menurunnya kandungan gula. Pada stasiun penerimaan ini juga
terdapat proses penimbangan tebu guna untuk mengetahui bobot tebu yang akan
digiling seperti alur yang dijelaskan pada gambar berikut ini :
Besarnya
persentasi rendemen secara riil dapat diketahui dengan menghitung perbandingan
antara gula yang dihasilkan dengan sejumlah tebu yang digiling di pabrik,
kemudian nilai tersebut dikalikan 100%, oleh karena itu kita memerlukan
penimbangan tebu ini supaya dapat mempermudah dalam menghitung rendemen tebu
yang digiling selama penggilingan berlangsung.
Penimbang
tebu ini terdiri dari:timbangan brutto, timbangan tarra dan timbangan lori.
Pada masing-masing timbangan memiliki kegunaan yang berbeda-beda seperti yang
dijelaskan pada pengertian dibawah ini:
a.
Timbangan brutto ; Untuk menimbang truk yang
bermuatan tebu sehingga diketahui berat kotor (brutto) dari truk dan tebu.
b.
Timbangan tarra ; untuk menimbang truk yang tebunya
telah di giling sehingga dapat di ketahui berat bersih tebu yang di di giling.
c.
Timbangan lori ; Untuk menimbang berat tebu yang di
angkut dengan lori, lori yang ada di beri kode dan telah di ketahuim beratnya
sehingga tebu yang di angkut dengan lori langsung dapat di ketahui beratnya,
lori biasanya di gunakan untuk mengangkut daerah – daerah histories yang berada
di sekitar pabrik. tebu masuk ke dalam pabrik untuk diproses lebih lanjut, tebu
harus ditimbang terlebih dahulu.
Tujuan dari penimbangan ini
adalah :
1.
Mengetahui bobot tebu yang masuk ke pabrik dari kebun
tebu
2.
Menghitung biaya upah tebang yang harus dibayarkan
3.
Menghitung pengawasan proses lainnya
4.
Mempermudah dalam pengambilan keputusan di dalam
pabrik.
2)
Stasiun Gilingan
Tahap
selanjutnya dalam pembuatan gula tebu adalah ekstraksi. Caranya dengan menghancurkan
tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya.
Setelah tebu menjadi serpihan halus selanjutnya diolah dalam stasiun gilingan
yang bertujuan untuk memerah nira dari batang tebu sebanyak mungkin dengan
kehilangan nira seminimal mungkin, diharapkan nira yang dapat diperah adalah
90%. Pada stasiun ini terjadi pemisahan antara bagian tebu yang mengandung
cairan dengan kotoran dan ampas yang berupa padat. Alat
penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang
terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan
dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator
Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu.
Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira
digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran
36”X64”.
1. Gilingan I
Pada
gilingan pertama hanya terdiri dari serpihan – serpihan tebu sari unigrator
yang setelah digiling akan menghasilkan nira perahan pertama (NPP) dan ampas.
NPP selanjutnya dipompa menuju DSM Screen untuk dilakukan penyaringan agar
terpisah nira dengan ampas. Dari DSM Screen nira dipompa ke Door Clone untuk
dilakukan pemisahan dengan pasir yang masih terikut. Nira yang telah dipisahkan
pasirnya dialirkan ke bak penampungan nira mentah, sedangkan ampasnya diangkut
dengan Intermediet Carrier (IMC) menuju gilingan kedua.
2. Gilingan II
Pada
gilingan kedua terdiri dari ampas gilingan pertama dan ampas dari DSM Screen,
yang kemudian ditambahkan nira imbibisi (N3) atau nira dari hasil perahan
gilingan ketiga, banyak air imbibisi yang diperlukan sebanyak 20 – 30% dari
berat batang tebu yang digiling. Tujuan dari penambahan nira imbibisi adalah
untuk melarutkan gula yang masih terkandung dalam ampas dan kemudian
mengeluarkannya dengan pemerasan pada gilingan berikutnya.
Dari gilingan kedua ini akan dihasilkan nira perahan kedua (NPK) dan ampas. NPK akan ditampung dalam bak penampung nira mentah yang sama dengan NPP, selanjutnya ditambahkan Ca(OH)2 dan asam phosphate (H3PO4). Penambahan Ca(OH)2 bertujuan untuk menjaga kondisi nira agar tidak terlalu asam karena jika terlalu asam akan menyebabkan terbentuknya gula inverse dan mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak sukrosa yang terdapat dalam nira dan sedangkan H3PO4 bertujuan agar terbentuk endapan kalsium phosphate (Ca3(PO4)2) sebagai inti endapan yang mampu mengikat koloid. NPP dan NPK yang telah ditambahkan H3PO4 dan Ca(OH)2 disebut nira mentah dengan pH 6,8 yang akan diolah dalam stasiun berikutnya. Ampas dari gilingan kedua akan dibawa dengan IMC menuju gilingan ketiga.
Dari gilingan kedua ini akan dihasilkan nira perahan kedua (NPK) dan ampas. NPK akan ditampung dalam bak penampung nira mentah yang sama dengan NPP, selanjutnya ditambahkan Ca(OH)2 dan asam phosphate (H3PO4). Penambahan Ca(OH)2 bertujuan untuk menjaga kondisi nira agar tidak terlalu asam karena jika terlalu asam akan menyebabkan terbentuknya gula inverse dan mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak sukrosa yang terdapat dalam nira dan sedangkan H3PO4 bertujuan agar terbentuk endapan kalsium phosphate (Ca3(PO4)2) sebagai inti endapan yang mampu mengikat koloid. NPP dan NPK yang telah ditambahkan H3PO4 dan Ca(OH)2 disebut nira mentah dengan pH 6,8 yang akan diolah dalam stasiun berikutnya. Ampas dari gilingan kedua akan dibawa dengan IMC menuju gilingan ketiga.
3. Gilingan III
Pada
gilingan ketiga, ampas dari gilingan kedua ditambahkan ampas dari DSM screen
dan ditambahkan nira imbibisi (N4) atau nira yang berasal dari gilingan
keempat, kemudian diperah menghasilkan ampas dan nira perahan ketiga (N3). N3
akan digunakan untuk nira imbibisi gilingan kedua dan ampasnya dibawa oleh IMC
menuju gilingan keempat.
4. Gilingan IV
Pada
gilingan keempat, ampas gilingan ketiga yang digunakan sebagai umpan
ditambahkan dengan air imbibisi dan nira imbibisi (N5) atau nira perahan
gilingan kelima. Air imbibisi yaitu air panas dengan suhu 60 – 70°C yang
berasal dari air condesat. Suhu air berkisar 60 – 70°C jika suhunya terlalu
tinggi akan melarutkan zat lilin (peptin) dalam tebu sehingga akan mengganggu
proses pemurnian dan pengendapan, selain itu juga akan menyebabkan selip dalam
gilingan, namun jika suhunya terlalu rendah akan menyebabkan pelarutan yang
kurang sempurna dan kemungkinan masih ada bakteri yang belum mati dalam nira.
Dari gilingan ini akan menghasilkan ampas dan nira perahan keempat (N4), N4 akan
digunakan sebagai nira imbibisi gilingan ketiga, sedangkan ampas dibawa IMC
menuju gilingan kelima.
5. Gilingan V
Pada
gilingan kelima, umpan dari gilingan keempat ditambahkan air imbibisi sebagai
air pencuci ampas terakhir dan diharapkan mampu melarutkan nira sebanyak –
banyaknya sehingga nira yang terbawa oleh ampas terakhir sedikit. Dari gilingan
kelima ini akan menghasilkan ampas (baggase) dan nira perahan kelima (N5). N5
digunakan sebagai nira imbibisi gilingan keempat, sedangkan ampasnya diangkut dengan
baggase carrier menuju dapur pembakaran ketel dan digunakan sebagai bahan bakar
ketel.
3)
Stasiun Pemurnian
Penggunaan
unit peralatan berupa pemanas pendahuluan (heat exchanger), defekator, sulfitator,
expandeur, clarifier, rotary vacuum filter. Proses pemurnian nira
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1. Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses
pemurnian gula yaitu cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya
pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat
biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan
adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).
Proses ini menggunakan tabung defekator, alat
pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur
tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan,
direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam
peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira
kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter.
Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira
jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan.
4)
Penguapan Nira
(Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk
menghilangkan kadar air dilakukan penguapan (evaporasi).
Dipabrik gula
penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan
bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu
bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan
menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini
terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa
nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan dengan
kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang
mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang
berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana
nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental
yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi
gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap
yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
5)
Masakan/Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini
diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil
penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh,
sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B
sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi
dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah
atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c.
Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil
masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum
dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan
(kultrog).
6)
Pemisahan
Kristal Gula
Pemisahan gula dilakukan dengan proses karbonatasi yakni
mereaksikan gula dengan gaskarbon. Sehingga gula dengan stroop dapat terpisah.Hasil pemisahan
berupa gula, stroop, dan tetes tebu.
Tetes tebu dan stroop merupakan limbah dari proses pembuatan gula. Dimana
Stroop yang menjadi tetes tebudapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etanol (C2H5OH).
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan
saringan yang bekerja dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini
bertugas memisahkan gula terdiri dari:
a. 3 buah broadbent
48” X 30”untuk gula masakan A.
b. 4 buah bactch
sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.
c. 2 buah
western stated CCS untuk D awal.
d. 6 buah batch
sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
e. 3 buah BNA
850 K untuk gula D.
Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari
tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi
(pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem
ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse
(kristal gula) dan melasse (tetes gula).
7)
Pengeringan
Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi
masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak
dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan,
gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan
dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira 800c.
pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang
goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan
dingin. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas
dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara
pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran
udara panas.
Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan
bahan baku nabati. Dalam buku ini akan dibahas tentang karakterisasi bioetanol,
prospek bioetanol, manfaat dan kebutuhan nasional serta peluang pasarnya.
Pembahasan lebih fokus pada proses pembuatan bioetanol dari mulai
penyediaan bahan baku, proses, aspek fermentasi sampai pada pengawasan mutunya.
Bahan baku meliputi bahan baku sumber gula diantaranya adalah molases dan nira,
bahan baku sumber pati yaitu ubikayu, jagung serta ubi-ubian lain, serta bahan
baku sumber serat (lignoselulosa) diantaranya tongkol jagung, sekam dan
sebagainya. Bab bahan baku juga dibahas bahan pembantu untuk produksi
bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dibedakan menjadi tiga berdasarkan bahan
bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat. Proses pembuatan
bioetanol meliputi aspek fermentasi dan destilasinya. Disamping itu buku ini
juga membahas produk samping, perlengkapan teknis produksi dan pengawasan dan
pengendalian mutu dalam industri bioetanol.
Proses pembuatan bioetanol
Bahan baku yang digunakan untuk
membuat bioetanaol adalah tetes, yang merupakan hasil sampingan dari PG.
Madukismo. Proses yang dipakai adalah peragian (fermentasi), dari ragi yang
dipakai : Sacharomyces Cereviceae. Enzim yang ada dalam ragi ini mengubah gula
yang masih ada dalam tetes menjadi alcohol dan gas CO2
Reaksi kimia :
Sakarosa
dihidrolisa menjadi glukosa (gula reduksi)
C12 H22 O11+ H2O → 2C6 H12 O6
C12 H22 O11+ H2O → 2C6 H12 O6
Gula reduksi
bereaksi menjadi alkohol + gas CO2
C6 H12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 → alkohol
C6 H12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 → alkohol
Proses Pembibitan dan Fermentasi
Dalam memperbanyak Saccharomyces Cereviseae dengan cara kultur dengan
menggunakan.Medium : gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak pisang ambon, agar
tetes tebu/molase sebagai aklimitasi peremajaan kultur Saccharomyces Cereviseae
dilakukan 1 bulan sekali, maksimal 2 bulan dengan tujuan untuk mengaktifkan
kembali fungsi kerja Saccharomyces Cereviseae.
1. Dibuat secara 2 tahap
:
30 cc dengan Brix 6Untuk mengukur kadar brik dengan menggunakan Brix meter.
Kemudian penambahan urea sebanyak 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gt, H2SO4 dengan PH
4,8. Setelah selesai di buat, kemudian disterilisasi dengan pemanasan biasa.
Memasukan masing-masing larutan ke dalam erlenmayer ( I dan II ). Kemudian
dipanaskan dan didinginkan / diinkubasi selama 24 jam.
2. Menyiapkan tangki 19
dengan kapasitas tangki 12 L, penambahannya Urea 10 gr, NPK 3 gr, H2SO4 pH 4,8
dan memasukan erlenmeyer I dan II ke dalam tangki 19 di inkubasi selama 24
jam.4. Menyiapkan tangki 20 dengan kapasitas tangki 48 L, penambahan urea 48gr
NPK 14,4 gr, H2SO4 dengan pH 4,8, dan dimasukan hasil inkubasi dari tangki 19
kemudian di inkubasi kembali 24 jam.
3. Hasil pada tahap ke
empat selanjutnya dimasukan ke tangki 21 dengan kapasitas tangki 480 L dan
penambahan urea 480gr, NPK 144gr, H2SO4 dengan pH 4,8 diinkubasi 24 jam.
4. Hasil pada tahap ke
5, selanjutnya dimasukan ke tangki 22/1 dengan kapasitas tangki 3010L
diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam masuk ketangki 22/2 dengan kapasitas
tangki 3010 L diinkubasi kembali selama 16 jam dan diperoleh bibit /starter
Saccharomyces Cereviseae dalam tangki sebanyak 350 L dan kondisi bibit /
starter masih aerob.
5. Bibit / starter
Saccharomyces Cereviseae pada tangki 22/2 diinginkan sebanyak 2660L dan
dicampurkan ke dalam tangki 25 yang berkapasitas 18000L, dengan penambahan
Urea, NPK dan H2SO4 dan diinkubasi kembali selama 16 jam, kondisi masih aerob.
6. Hasil pada tahap ke 7
selanjutnya di masukan kedalam tangki 26 berkapasitas 75000L (sludge) dan
diinkubasi selama 50 jam, kondisi anaerob.
Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyln blue.
Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyln blue.
Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom:
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom:
Kolom Maische
Kolom
Rectifiser
Kolom Voorloop
Kolom Nachloop
Penyulingan
menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0.5 kg/cm2 suhu 120º
a) Kolom Maische:
Alkohol kasar kadar ± 45% → masuk ke Kolom
Voorloop
Hasil bawah : Vinase dibuang
Hasil bawah : Vinase dibuang
b) Kolom Voorloop
Hasil atas : Alkohol teknis kadar : 94% masih mengandung aldehid, ditampung
sebagai hasil. Hasil bawah : Alkohol mudah kadar ± 25% → masuk ke Kolom Rectifiser.
c) Kolom Rectifiser
Hasil atas :
alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil.
Hasil tengah :
alkohol mudah yang mengandung minyak Fusel, masuk Kolom Nachloop
Hasil bawah :
Lutter washer, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian
digunakan untuk menamnah kolom Voorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan
sebagian dibuang.
d)
Kolom Nachloop
Hasil atas :
alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah :
air yang bebas alkohol, dibuang.
Minyak Fusel (amyl alcohol)
merupakan hasil samping pabrik spiritus, ini bisa digunakan untuk bahan baku
pembuatan essence (amylacetat).
Hasil Produksi
Alkohol dibedakan atas dasar kualitas :
1.
Alkohol teknis : yang masih mengandung aldehid, kadar ± 94% digunakan untuk
membuat spiritus bakar
2.
Alkohol murni : minimal kadar 95% bisa dipakai industri farmasi, kosmetik dll.
Hasil sampingan : minyak fusel (amyl alcohol)
Pemakaian tetes : rata-rata satu hari 900 kuintal
Produksi rata-rata : 25.000 liter alkohol per 24 jam,
terdiri dari (88% alkohol murni, 12% alkohol tetes).
Rendemen : 28% (28 liter alkohol per kuintal tetes).
Proses pengolahan limbah sebagai berikut :
a) Blotong yang
didapat dari proses pemurnian nira direaksikan dengan zat-zat organik. Blotong
akan menjadi pupuk yang mengandung N, P dan K.
b) Limbah dari
gula berupa tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alkohol. Pembuatan
c) alkohol murni
dengan cara memfermentasikan tetes dengan bakteri Sacharomyces Cereviceae.
d) Bocoran
minyak pelumas berasal dari stasiun gilingan ditampung di drum-drum kemudian
dimanfaatkan kembali.
e) Vinnase
(Slop), berasal dari stasiun destilasi dimanfaatkan untuk irigasi pertanian
karena mengandung N, P dan K.
f) Pembangkit
Tenaga Uap untuk Tenaga Listrik
Penghasil
tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air dimana uap yang
dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan
menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik. Sebagai bahan bakarnya di pakai ampas tebu yang mengandung kalori
sekitar 1800 kkl/kg.
1. Ketel
2. Ken Penampung
3.
Evaporator
4.
Tempat Pengkristalan
Gula
5.
Tangki
Adonan
6.
Tangki Tetes Ukur
7.
Kondisi
Gula Sebelum Pengemasan
8.
Pengemasan
Gula
9.
Gudang Penyimpanan Gula
10.
Kondisi Pabrik Gula Madukismo
11.
Tempat
Pembuatan Alkohol
12.
Tempat
Penyulingan Alkohol
13.
Tempat Penampungan
Alhokol
Nama Alat
|
Fungsi
|
|
Alat Pengilingan Tebu
|
Untuk mengiling dan memeras tebu
agar terpisah dari ampasnya
|
|
Tangki serfobalance
|
Sebagai
timbangan yang
mengunakan sistem kontrol otomatis dengan kapasitas 4,3 ton dalam sekali
timbang,
|
|
Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
|
(Raw
Juice
Heating) membantu untuk
membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk mempercepat reaksi proses sulfitasi
dan defikasi serta mencegah
terjadinya hidrolisis sukrosa. Pengunaan panas yang diberikan
tidak boleh terlalu tinggi
|
|
Turbin
|
- Kecepatan
putaran : 5800 rpm
- Tekanan masuk
: 18 kg/cm2
- Daya : 3600
KW
- Jumlah : 2
unit
|
|
Tangki Defikator
|
Sebagai
tempat proses pencampuran
susu kapur,
agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi merata, nira yang telah ditampung
direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur diaduk dengan alat pengaduk
yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari pengadukan ini supaya susu kapur
akan menyebar.
|
|
Bejana pengendapan (door clarifier)
|
bejana
pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari pengendapan adalah
memisahkan nira
dengan kotoran yang terkandung didalam nira dengan tidak
merusak nira itu sendiri.
|
|
Rotary Vacum Filtrasion
|
Sebagai alat pembantu dalam proses penyaringan.
|
|
Alat pemasakan
|
Sebagai
alat pemasakan yang bertujuan untuk mengkristalkan gula atau mengubah bentuk
sukrosa dari zat terlarut dalam nira menjadi padat berbentuk kristal gula
|
|
Evaporator
|
- Type : Calandria/
KHI Japan
- Volume : 1500 m2
- Jumlah : 5
unit
- Diameter pipa
: 36 mm
- Tebal pipa :
1,5 mm
- Jumlah pipa :
5790 batang
- Fungsi :
Tanki pengupan nira
|
|
Tangki sulfitase
|
Peti Sulfitasi Nira Mentah
- Kapasitas :
18 m3/jam
- Diameter
tangki : 2700 mm
- Tinggi tangki
: 6000 mm
- Type : Cylindrial
- Produksi : KHI, Japan
- Fungsi :
Tangki pencampuran nira mentah dengan
belerang
|
|
Condensat
|
Condensat
Receiver
- Merk/Type : Little King/
TF-70-NNR// Ebara Japan
- Kapasitas : 2
m2/jam
- Temperatur :
1000C
- Fungsi :
Tempat penampung air kondensat
|
|
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan
yang kami dapat dari hasil kunjungan industri pada tanggal 15 Oktober 2015 di
PT. MADUBARU (PG/PS Madukismo) diantaranya adalah :
1. Proses
pembuatan gula dapat dilakukan dalam beberapa tahapan yang terbagi atas
stasiun-stasiun. Stasiunnya antara lain :
a.
Stasiun Penerimaan tebu
b. Stasiun Gilingan
c. Stasiun
Pemurnian
d. Stasiun
Penguapan / Evaporasi
e. Stasiun
Masakan / Kristalisasi
f.
Stasiun Puteran
g. Stasiun
Penyelesaian
2. Produk yang dihasilkan dari limbah Pabrik Gula Madukismo
adalah :
Spiritus, Alkohol, Batako, dan Pembangkit Listrik dari tenaga uap.
BAB V PENUTUP
Sekian,
laporan ini saya susun apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, ataupun
salah dalam penulisan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga laporan
ini bermanfaat. Amin.
Saran yang dapat saya berikan untuk Kunjungan Industri di Yogyakarta ini adalah siswa/siswi SMKN 1 Temanggung lebih teliti dalam mendapatkan informasi,
tidak hanya sekedar observasi dan pengamatan sendiri, tapi juga melakukan wawancara terhadap orang yang ahli
disana agar dapat menambah valid informasi yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
http://alwi14hernandes.blogspot.co.id/2014/05/laporan-kkl-pabrik-gula-madukismo.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar