Search

Selasa, 18 Desember 2018

Contoh Naskah Pidato Hari Akhir



Bapak kepala sekolah yang saya hormati bapak/ibu guru yang saya hormati serta tidak ketinggalan teman-teman yang saya cintai.

Assalamu’alaikumWr.Wb.

Dengan mangucap puja dan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT.
Saya disini akan mambahas tentang Hari akhir

1.    Pengertian hari Akhir
Sesudah alam yang kita tempuh sekarang ini – kehidupan kita sekarang ini – ada lagi alam yang disebut alam akhirat. Alam akhirat ialah kehidupan yang kekal abadi setelah kehidupan didunia atau alam baka, sebagai kelanjutan dari pada kehidupan di dunia atau alam fana. Di akhirat atau alam baka itulah Allah akan memberi balasan pahala pada setiap orang yang berbuat baik, balasan siksa pada setiap orang berbuat jahat. Besar kecil berat ringan pahala dan siksa yang akan diterima oleh setiap orang sesuai dengan  besar kecilnya amal kebaikan dan besar kecilnya dosa yang diperbuatnya didunia. Di alam inilah keadilan Allah berlaku seadil-adilnya.
Setiap muslim wajin beriman kepada hari akhir, sebab dengan beriman kepada hari akhir setiap orang akan selalu berusaha untuk berbuat amal kebaikan sebanyak-banyaknya dan menjauhi segala perbuatan jahat, karena yakin bahwa segala amal perbuatanya didunia ini akan mendapat balasan dari Allah SWT seadil-adilnya.
Firman Allah :





Artinya : “Orang-orang yang beriman kepada apa yang diwahyukan kepadamu (Muhammad)  dan apa yang diwahyukan kepada para Rasul sebelum kamu dan mereka yakin kepada hari akhir”. (Q.S. Al-Baqarah : 4)

Jelasnya dengan beriman kepada hari akhir dengan iman yang berakar dikalbu seseorang, maka akan terbentuk manusia yang berakhlaq mulia penuh sifat-sifat keutamaan , jauh dari sifat-sifat fahsya’ dan sifat-sifat mungkar.
Iman kepada hari akhir akan menjadi tenaga penbangkit dan pendorong kepada tha’at dan inadah yang diridoi oleh Allah SWT.

Firman Allah :





Artinya : “Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah dan hari akhir”. (Q.S. Al-Baqarah : 177)

    Apakah hari akhir itu akan terjadi dan kapan terjadinya?

    Firman Allah :



Artinya : “Sesingguhnya saat (Hari akhir) itu pasti datang, tidak diragukan lagi”.

    Firman Allah :






Artinya : “Dan barang siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (Q.S. An-Nisa’ : 136)

Berdasrkan ayat-ayat tersebut di atas jelas bahwa hari akhir atau hari kemudian itu pasti terjadi. Apabila seseorang tidak yakin atas hal tersebut maka sesatlah orang itu.
Seorang muslim wajib beriman akan datangnya dan terjadinya hari akhir itu. Karena Allah sendiri yang memberitahukan.
Kapan datang atau terjadinya hari akhir itu ?
Tidak ada yang mengetahui kapan hari akhit itu tiba atau terjadi, baik Nabi Muhammad SAW atau Malaikat Jibril sebagai pembawa wahyu Allah kepada Muhammad juga tidak mengetahuinya. Hanya tanda-tandanya dapat diketahui.

Firman Allah :



Artinya : “Orang bertanya kepadamu (Muhammad) tentang saat (Hari qiamat). Katakanlah kepada mereka : sesungguhnya yang mengetahui saat (Qiamat) itu hanya Allah sendiri. (Q.S. Al-Ahzab : 63)

    Sabda Rasulullah SAW :


Artinya : “Demi Allah yang diri Muhammad ditanganNya : Sungguh akan datang saat (Qiamat) itu. Kedatangannya tidak dapat diketahui. Ia dating dengan tiba-tiba……”. (H.R. Muttafaq Alaih)

    Demikianlah hari akhir itu pasti dating. Sebagai seorang muslim kita percaya sepenuhya. Kapan datangnya hari akhir itu tidak ada yang mengetahui – Wallahua’lamu bishowab.

2.    Tanda-tanda hari akhir

Tanda akan datangnya hari akhir atau hari kiamat itu antara lain :
1.    Ilmu agama diremehkan. Artinya ilmu agama kurang diperhatikan meskipun oleh kaum muslimin sendiri.
2.    Kebodohan dalam keagamaan sudah merata, artinya kaidah-kaidah dan hukum agama sudah tidak dipakai dan tidak dimengerti lagi.
3.    Kema’siatan merajarela seperti : perzinahan, perjudian, minum-minuman keras dan sebagainya.
4.    Kejahata terjadi disegala pelosok dunia seperti : Pembunuhan, perampokan, perkosaan, penganiayaan, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan lain-lain.
5.    Jumlah orang laki-laki berkurang karena adanya peperangan-peperangan dan lain sebagainya sedang jumlah wanitanya semakin banyak sehinga perbandingan anatara laki-laki dan wanita jauh tidak seimbang.
6.    Banyaknya orang-orang yang dahulunya penggembala tiba-tiba menjadi raja yang kaya raya.
7.    Banyaknya orang-orang yang suka bertelanjang dimuka orang banyak karena mencari nama dan lain-lain.

Semua tanda yang tersebut diatas terdapat didua buah hadits riwayat Abu Hurairah dalam kitab “HADZA YAUMUDDIN” karangan MOH. ABDAI RATHOMI. Masih banyak tanda-tanda lagi tentang datangnya hari kiamat.

3.    Peristiwa-peristiwa penting pada hari akhir.

a). Apa yang terjadi pada hari akhir itu ?
Banyak hal yang mengerikan dan menakutkan yang dapat diliaht dan disaksikan dikala hari Qiamat itu tiba. Sebab semua peristiwa dahsyat itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Mula-mula dunia ini akan berubah secara umum dan merata : langit pecah belah bagaikan pecahnya kaca, bintang-bintang jatuh berserakan kebumi karena bertabrakan satu dengan lainnya. Pelanet diangkasa luar tiada teratur lagi jalannya sehingga berbenturan antara satu dengan yang lain. Gunung meletus mengeluarkan batu-batu api panas yang menghancurkan segala sesuatu. Air laut pasang hebat bagaikan mendidih karena dekatnya jarak antar bumi dan bulan. Bumi pecah belah dan gunung serta bukit longsor, matahari suram sinarnya tetapi panasnya berlipat ganda karena dekat sekali jaraknya dengan bumi kita. Terjadilah kebakaran hebat yang belum pernah ada sebelumnya.
Manusia dikala itu dalam kepanikan dan kebingungan luar biasa, sehingga seorang ibu yang sedang menyusui anaknya lupa akan anaknya dan ditinggalkannya. Wanita-wanita hamil akan melahirkan anaknya meskipun belum waktunya. Orang tua tidak mengenal lagi anak-anaknya, sianak tidak kenal kepada orang tuanya.
Masing-masing kebingungan memikirkan keselamatan hidupnya. Setelah peristiwa-peristiwa tersebut diatas maka matilah semua makhluk yang hidup. Peristiwa-peristiwa itu ditandai tiupan sangkakala oleh malaikat. Isrofil sebagai tanda dimulainya kehancuran alam semesta.
b). Hari Kebangkitan (Ba’ats)
Setelah semua makhluk mati maka Allah memerintahkan malaikat isrofil meniup sangkakala untuk kedua kalinya maka dibangkitkanlah manusia dari kuburnya masing-masing.
c). Hasyar artinya berkumpul di padang mahsyar.
Setelah bangkit maka manusia dikumpulkan disuatu padang yang amat luas yang disebut padang Mahsyar. Disinilah setiap manusia akan menerima buku catatan tentang amal perbuatannya di dunia. Dari buku catatan tersebut akan dapat diketahui dimana ia akan ditempatkan, disurgakan atau dineraka.
d). Mizan dan hisab
Buku catatan tersebut kemudian ditimbang dalam timbangan amal yang disebut Mizan kemudian diteliti dan diperhitungkan seteliti-telitinya dan secermat-cermatnya, seberapa besar dan kecilnya amal yang baik dan amal yang buruk. Perhitungan ini disebut Hisab.
e). Syafa’at
Pertolongan besar yang diberikan oleh nabi Muhammad SAW disebut syafa’at. Bentuk pertolongan tersebut ialah permohonan beliau pada Allah SWT agar segera diadakan hisab (Perhitungan) terhadap amal perbuatan setiap manusia. Maka permohonan tersebut dikabulkan, sehingga mulailah diadakan hisab setelah sekian lama manusia menunggu dalam keadaan tersiksa dan menderita. Yang dapat memberi syafa’at pada hari kiamat nanti hanyalah nabi kita Muhammad SAW.
f). Shirothal Mustaqim
Titian yang membentang diantara kedua sisi neraka jahanam disebut Shirothal Mustaqim. Selain ditimbang dan dihitung amalnya setiap orang harus melewati titian ini.
Bagi orang yang baik catatan amalnya akan melewati titian itu dengan selamat masuk sorga, tetapi bagi yang buruk catatan amalnya tidak akan dapat melewati titian itu dan jatuhlah keneraka.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangannya.

CARA MENDAPATKAN SERTIFIKAT HALAL



Prosedur Sertifikasi Halal MUI

Bagi perusahaan yang ingin memperoleh sertifikat halal LPPOM MUI, baik industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong Hewan (RPH), dan restoran/katering/dapur, harus melakukan pendaftaran sertifikasi halal dan memenuhi persyaratan sertifikasi halal. Berikut ini adalah tahapan yang dilewati perusahaan yang akan mendaftar proses sertifikasi halal :

1.  Memahami persyaratan sertifikasi halal dan mengikuti pelatihan SJH

 Perusahaan harus memahami persyaratan sertifikasi halal yang tercantum dalam HAS 23000. Ringkasan HAS 23000 dapat dilihat disini Dokumen HAS 23000 dapat dipesan disini (e-store). Selain itu, perusahaan juga harus mengikuti pelatihan SJH yang diadakan LPPOM MUI, baik berupa pelatihan reguler maupun pelatihan online (e-training). Informasi mengenai pelatihan SJH dapat dilihat disini

2.  Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)

 Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan pendaftaran sertifikasi halal, antara lain: penetapan kebijakan halal, penetapan Tim Manajemen Halal, pembuatan Manual SJH, pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH, pelaksanaan internal audit dan kaji ulang manajemen. Untuk membantu perusahaan dalam menerapkan SJH, LPPOM MUI membuat dokumen pedoman yang dapat dipesan disini.

3.  Menyiapkan dokumen sertifikasi halal

Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk sertifikasi halal, antara lain: daftar produk, daftar bahan dan dokumen bahan, daftar penyembelih (khusus RPH), matriks produk, Manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal dan bukti audit internal. Penjelasan mengenai dokumen sertifikasi halal dapat dilihat di user manual Cerol yang dapat diunduh disini

4.  Melakukan pendaftaran sertifikasi halal (upload data)

 Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di sistem Cerol melalui website www.e-lppommui.org. Perusahaan harus membaca user manual Cerol terlebih dahulu untuk memahami prosedur sertifikasi halal yang dapat diunduh disini. Perusahaan harus melakukan upload data sertifikasi sampai selesai, baru dapat diproses oleh LPPOM MUI.

5.  Melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad sertifikasi

Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad sertifikasi. Monitoring pre audit disarankan dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil pre audit. Pembayaran akad sertifikasi dilakukan dengan mengunduh akad di Cerol, membayar biaya akad dan menandatangani akad, untuk kemudian melakukan pembayaran di Cerol dan disetujui oleh Bendahara LPPOM MUI.

6.  Pelaksanaan audit

 Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre audit dan akad sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi.

7.  Melakukan monitoring pasca audit

 Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus melakukan monitoring pasca audit. Monitoring pasca audit disarankan dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian agar dilakukan perbaikan.

8.  Memperoleh Sertifikat halal

 Perusahaan dapat mengunduh Sertifikat halal dalam bentuk softcopy di Cerol. Sertifikat halal yang asli dapat diambil di kantor LPPOM MUI Jakarta dan dapat juga dikirim ke alamat perusahaan. Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun.



SUMBER :
http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/56/1362/page/1&ei=6NVPzeQG&lc=id-ID&s=1&m=983&host=www.google.co.id&ts=1507444415&sig=ANTY_L3n5xNrcRSzI8jr768h_qE5GvWaDA

Kamis, 28 Juli 2016

Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran

Assalamu’alikum
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ

Hadirin semua yang dirahmati Allah
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan segala nikmatnya terus menerus, siang dan malam tanpa perhitungan, yang maha terjaga, yang tidak pernah mengantuk dan tidak tidur, yang maha hidup abadi dan maha memelihara semua makhluk-Nya. Pemberian-Nya tidak terhitung dan terkira, tak ada ungkapan syukur yang terucap dari Lisan sang hamba yang lemah ini melainkan ucapan Al-Hamdulillahi robbil ‘alamin..

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Pujaan hati kita, kekasih hati ribuan juta muslim di dunia, Muhammad bin Abdillah yang berbudi luhur dan mulia nasabnya dengan semulia-mulia ucapan dan do’a baginya................ Allahumma sholli wasallim wabarik alaih wa’ala ‘alaih.


Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23 tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya. Hal ini disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) : 97.
Description: qs-2-97.gif
Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para sahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun daun kering, batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas seperti zaman modern sekarang ini. Kemudian para shahabat langsung menghafalnya dan mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di ajarkan kepada para shahabat-shahabat yang lain. Al Quran difahami dengan menghafal. Bukan dengan sekedar membaca.
Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah misalnya , banyak para sahabat pemghafal Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al Quran. Abu bakar sempat menolak. „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“ ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun dapat diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.
Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“. Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah.
Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran selesai sebanyak 5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah. Jadi pada saat itu para shahabat, tabi’it dan thabi’i tabiin mempelajari al Quran dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.
Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan di sekitar kita, diantara teman-teman dan keluarga kita, ada berapa persen diantara mereka yang hafal Al Quran ? Berapa persen yang sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita susah memberikan persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum tentu genap semuanya.
Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca Mushaf Al Quran dan tidak memahami maknanya. Padahal membaca Al Quran baru langkah awal interaksi Al Quran. Al Quran sebagai petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga dihafal dan difahami.
Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ? Tidakkah cukup dengan membaca Mushaf dan membaca tarjemahan ? Ternyata tidak cukup. Dengan menghafal Al Quran ada „rasa“ (atau zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa ini didapat karena ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan kalam-kalam suci itulah yang menjadi „makanan“ untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu diturunkan di hati Nabi Muhammad. Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu konsumsi/makanan hati bukan sekedar fikiran.
Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah, memahami kehendakNya dan ringan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. „ Rasa „ ini kurang ada juga sedikit ketika kita hanya membaca. Apalagi bila membacanya tidak diiringi dengan pemahaman artinya. Dan membaca tidak diulang-ulang. Efeknya sangat berbeda dengan mengulang-ulangnya.
Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca „buta“ Al Quran dan menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat kepada para penyampai-penyampai risalah agama, kita sebagai hamba Allah, secara individual juga mempunyai kewajiban berusaha memahami Al Quran dari aslinya langsung dari firman-firmanNya.
Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan mengajarkan kepada kita pengetahuan melalui hati kita dengan perantaraan ilham. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat Asy Syams ayat 8-10:
Description: qs-91-8-10.gif“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.“

Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu saat kita, „cling“ mememukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Itulah ilham.
Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang haq dan mana-man yang bathil. Sebagai misal ketika kita masuk ke tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak, tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan inilah yang dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan. Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang menjadikan kita mantap mengetahui yang haq dan yang bathil. Seperti disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat 29:
Description: qs-8-29.gif
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum muslimin :
Description: https://kultum.files.wordpress.com/2008/01/qs-2-2.gif?w=842
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)
Jadi intinya Al Qu’an adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang hafal dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum dilakukan ? Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.
Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru. Sebelum pergi kita dibekali dengan peta, rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional. Tetapi kita tidak memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah kita dijamin akan sampai di puncak gunung semeru dengan selamat ? Kita mungkin lebih senang bertanya dengan penduduk setempat. Bila kita bertemu dengan penduduk yang sangat kenal gunung semeru mungkin kita akan sampai dengan selamat. Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham jalan ke puncak gunung, akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau mungkin kita bisa tersesat ? Padahal bila kita memahami, petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan mendapat jalan pintas untuk sampai ke puncak gunung.
Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari diktat berbahas Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa Arab (sebagai media inti pemahaman Al Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran dengan mandiri.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran bukan fardhu kifayah yang dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tapi seperti dicontohkan oleh para sahabat, membaca, menghafal, memahami dan melaksanakan Al Quran dilakukan sebagai kewajiban indivial setiap kaum muslimin. Bila secara individu seorang muslim meningkat kualitasnya, keluarga yang dibinanya juga akan berkulaitas sehingga akhirnya sebuah masyarakat madani yang dirindukan selama ini juga dapat terwujud.
Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
1.      Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
2.      Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
3.      Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4.      Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
5.      Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6.      Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
1.      Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2.      Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai
3.      Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4.      Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
5.      Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita menjadi orang-orang yang mencintai Al Quran, membacanya, menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya.
Wallahu alam bi shawab
Wassalamualaikum