A.
PENGERTIAN
SANITASI INDUSTRI
Pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan
penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan
sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan,
kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja.
Sanitasi adalah suatu
usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.
Sanitasi industri
merupakan suatu proses untuk membuat bersih lingkungan industri sehingga dapat
hidup sehat.
Sanitasi pangan merupakan
hal terpenting dari semua ilmu sanitasi karena sedemikian banyak lingkungan
kita yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan suplai
makanan manusia. Hal ini sudah disadari sejak awal sejarah kehidupan manusia
dimana usaha-usaha pengawetan makanan telah dilakukan seperti penggaraman, pengasinan,
dan lain-lain.
Sanitasi pangan
berhubungan erat dengan sanitasi obat-obatan dan kosmetik, karena penggunaan
ketiga komoditi tersebut yang memerlukan kontak baik secara internal maupun eksternal
dengan tubuh manusia. Demikian pula halnya sanitasi pangan tidak dapat
dipisahkan dengan sanitasi lingkungan dimana produk makanan disimpan, ditangani,
diproduksi atau dipersiapkan, dan daripraktek saniter serta higiene personalia yang
harus menangani makanan.
Dalam industri pangan,
sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan
dan pengkemasan produk makanan; pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan
pabrik dan kesehatan pekerja.
B.
Prinsip – Prinsip Sanitasi Industri
Program sanitasi
dijalankan sama sekali bukan untuk mengatasi masalah kotornya lingkungan atau
kotornya pemrosesan bahan, tetapi untuk menghilangkan kontaminan dari makanan
dan mesin pengolahan makanan serta mencegah terjadinya kontaminasi kembali. Kontaminasi
yang mungkin timbul berasal dari pestisida, bahan kimia, insekta, tikus dan
partikel-partikel benda asing seperti kayu, metal, pecahan gelas, tetapi yang terpenting
dari semuanya adalah kontaminasi mikroba. Keberhasilan suatu proses sterilisasi
panas tergantung dari jumlah awal mikroorganisme dalam produk pangan pada saat
proses pemanasan (sterilisasi ataupun pasteurisasi) tersebut dimulai, semakin
kecil semakin baik. Kunci untuk mengontrol pertumbuhan mikroba pada produk
makanan dan di pabrik pengolahan makanan adalah program higiene dan sanitasi
yang efektif. Yang dimaksudkan dengan program sanitasi bukanlah semata-mata
merupakan pemakaian desinfektan saja tetapai lebih dari itu. Derajat
efektifitas suatu sanitasi pabrik secara langsung mempunyai dampak pada
kualitas produk akhir.
Sanitasi mempunyai dua
prinsip, yaitu
1. Membersihkan
Menghilangkan mikroba
yang berasal darisisa makanan dan tanah yang mungkin dapat menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan mikroba.
2. Sanitasi
Menggunakan zat kimia
atau metode fisika untuk menghilangkan sebagaimana besar mikroorganisme yang
tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah makanan.
C. RUANG LINGKUP SANITASI INDUSTRI
1. Pengendalian air
2. Tempat kerja
3. Sanitasi makanan
4. Pencegahan dan pembasmian
vektor
5. Perlengkapan fasilitas
sanitasi
6. Pembuangan dan
pengendalian limbah
D.
BAHAN PEN-SANITASI
Bahan pembersih (cleaning)
·
Aktifitas detergent
(1) Sebagai bahan aktif permukaan.
Molekul air menyatu dengan molekul air, dan molekul minyak rnenyatu dengan
molekul minyak dan keduanya tersebut tidak bisa bercampur. Untuk mengaktifkan
kedua permukaan yang tidak saling bisa bercampur, dikenal dengan istilah “bahan
aktif permukaan”. Sabun dan deterjen adalah bahan aktif permukaan tersebut,
sehingga air dan minyak bercampur dan menjadi mudah dalam pembersihan.
(2) Pembersih (wetting).
Partikel/molekul air lebih suka bergabung dengan sesama molekul air daripada
dengan barang lain. Apabila tegangan permukaan ini dikurangi, maka molekul air
bisa bergabung dengan barang lain, dengan kata lain air bisa membasahi barang
lain.
(3) Pengemulsi (emulsifying). Molekul
detejen itu memiliki kutub yang suka air (hydrofilik) dan kutub yang suka
minyak (lipofilik). Kutub yang suka air bergabung dengan air pelarut, sedang
kutub yang suka minyak bergabung dengan minyak. Karena deterjen merupakan satu
kesatuan molekul, maka suspensi minyak menjadi merata menyatu dengan air,
dengan demikian suspensi tersebut mudah diangkat dari permukaan yang sedang
dibersihkan.
(4) Sabun dengan deterjen .
Sabun itu terdiri dari ion sodium (natrium) dan sisa asam stearat. Ion sodium
ini dalam air akan digantikan dengan ion kalsium dan magnesium, dan terjadilah
kalsium stearat dan magnesium stearat yang tidak larut dalam air. Zat yang
tidak larut ini tampak sebagai kotoran baru yang timbul. Sedangkan “deterjen’, justru
dibuat untuk mengatasi masalah ini. Deterjen merupakan zat serupa dengan sabun,
tetapi tidak membentuk padatan kotoran jika bergabung dengan ion kalsium atau
magnesium dalam air.
·
Komponen Bahan Pembersih
(1) Bahan Akfif Permukaan (Surfaktan).
Surfaktan (surfactant) singkatan dari ‘surface‑active‑agents”.
artinya ‘bahan akfif permukaan” dari deterjen yang bisa membasahi, menembus dan
menyatukan minyak dan air (mengemulsikan). Contoh dari surfaktan ini antara
lain: aryl dan alkyl sulphonaft dodecanolethoxylate
(2) Bahan pembentuk (builder).
Bahan ini merupakan penyedia sifat alkali (basa) atau
asam yang utamanya dapat mengubah sifat kimia lemak/minyak menjadi sabun. Jadi
sabun ini terbentuk tepat pada saat pembersihan dilakukan. Dengan demikian
kotoran minyak/lemak yang semula tidak larut air menjadi larut air. Bahan
“builder ini juga dapat mengurangi kesadahan air dan dapat menangkap kotoran
padat terjerat di dalam suspensi (campuran). Contoh dari “Builder ini antara
lain: sodium / natrium hidroksida (soda api).
(3) Bahan pengisi (Filler)
Pengisi ini merupakan bahan yang ditambahkan dalam jumlah
tertentu untuk melarutkan bahan‑bahan deterjen dan untuk membesarkan volume
deterjen, sehingga penggunaannya lebih ekonomis dan efisien. Contoh dari “bahan
pengisi ini antara lain: sodium sulphate
Aktifitas bahan pen‑sanitasi
(1) Pembunuh mikroorganisme dan sporanya
(sanitized)
Sanitizer adalah zat kimia yang dapat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang tumbuh dan sporanya sampai tingkat aman
untuk manusia. Sanitizer harus digunakan dalam keadaan dingin, sebab jika
panas, maka zat aktifnya bisa rusak sehingga menjadi tidak akfif. Sanitizer
yang terkenal dibagi dalam 2 golongan,yaitu:
a.
Pembunuh sel vegetatif selain spora (disinfectant)
Disinfiectant merupakan zat kimia membunuh
mikroorganisme selain spora, dan terutama ditujukan pada bakteri penyebab
penyakit.
b.
Penghambat pertumbuhan mikroorganisme (antiseptik)
Antiseptik menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tanpa merusak/membunuhnya. Sanitizer tidak hanya aktif pada
mikroorganisme saja, akan tetapi juga pada kompnen makanan / kotoran dan juga
sisa‑sisa deterjen yang ada pada permukaan. Jadi jika kotoran dan bahan
pembersih tidak dibersihkan dulu sebelum penggunaan sanitizer, maka penggunaan
sanitim menjadi tedalu banyak, dan kurang efektif dalam membasmi
mikroorganisme.
Jenis bahan pen‑sanitasi
(1) Non kimia
(a) Panas. Panas akan menggumpalkan,
protein sel mikroorganisme, sehingga fungsi hidup tak terganggu. Efisiensi
panas tergantung pada suhu yang dicapai, kelernbaban, dan waktu di mana suhu
dipertahankan.
(b) Uap. Uap dapat digunakan sebagai
sanitizer jika dibuat dari air berkualitas air minum. Uap tidak akan merusak
sernua spora bakteri, tetapi efektif terhadap bakteri, ragi dan jamur yang
hidup jika digunakan selama minimum waktu kontak 10 menit setelah pedatan
mencapai suhu 850. Uap tidak dapat menernbus retakan dan
goresan permukaan, tidak seperti air, dan uap tidak dapat digunakan untuk pola
pembersihan (Cleaning‑In‑Place = Pembersihan Di Ternpat).
(c) Air mendidih. lika tidak
dibutuhkan untuk membunuh spora, suhu 850C selama 15 menit atau 800C
selama 20 menit telah cukup untuk menonaktif‑kan mikroorganisme vegetatif.
(d) UV. Radiasi sinar UV mampu untuk
menembus sel, dan merusak fungsi sel. Efektifts radiasi UV tergantung pada
jarak dari sumber, lebih dekat lebih baik.
(2) Kimia
(a) Bahan
berbasis klorin
Aktifitasnya di air dengan membebaskan zat
kimia yang dikenal dengan nama ‘asam hyypochlorous’ yang bisa membunuh bakteri.
Asam ini dapat berubah dengan mudah menjadi gas khlorin. Panas dan sinar dapat
menyebabkan perubahan ini dan menjadi tidak efektif dan beracun bagi manusia.
Supaya tetap efektif, maka sanitizer ini harus; dibuat dalam bentuk larutan
asam yang dingin, sebab ini akan memudahkan pelepasan asarn, hypochlorous yang
mematikan bakteri. Larutan asam yang mengandung klorin ini tidak boleh
digunakan untuk peralatan logam karena bersifat korosif.
Keuntungan :
> Murah
> Aktif untuk semua
mikroorganisrne
> Mudah campur
Kelemahan :